Posted in Tentang Teman

~ Tentang Bli Way

Sore random di Cloverhill, bersalju dan bermatahari.

“Pacaran seharusnya saling membebaskan, karena hubungan akan terbentur pada dua kemungkinan. Pertama, karena ada kemungkinan akan putus. Kedua, karena akan langgeng terus dan berlanjut ke jenjang lebih serius”.

Awalnya aku tidak yakin untuk bercerita tentang lelaki ini di blog baruku. Ada beberapa alasan. Pertama karena aku tidak sanggup mengungkit segala hal tentang dia. kedua karena aku tidak mau jika ada orang yang menyadari keunikannya

*lah piye toh nduk?*

Tapi ya gitu deh, ini adalah salah satu tantangan dalam #terapitawa yang sedang aku jalani. Aku harap siapapun gadis beruntung yang kelak merasakan apa yang aku rasakan selama lima tahun ini juga bisa bercerita dengan ceria mengenai sosoknya yang penuh tawa.

“Bli jangan lupa bayar royalti ya. Kata-kata bijak ini aku pikirkan sampai tunggang tungging di perempatan”

  • Senapan Tinta dan Gaya Bicara.

Ya kalau yang ini mungkin bukan hanya aku saja yang pernah mengalami. Terpesona pada seseorang setelah membaca tulisannya. Mungkin kalau kamu bukan perempuan tipe ini, bisa ganti kasus jadi terpesona sama vokalis band setelah dengar suara merdunya. Atau kepincut pemain basket setelah menyaksikannya ‘slam dunk’ plus greget lihat buliran keringatnya. Duh kok malah ngelantur kemana-mana.

Entah sengaja atau memang suratan takdir aku berkenalan dengan tulisan dan orangnya dalam situasi yang random. *CIYEEE NGOMONGIN TAKDIR* (maaf harus kontrol diri dulu)  ehem… oke…

Jadi gini, dulu sewaktu aku kuliah di bukit itu kan minim hiburan banget ya, nah aku selalu memilih perpustakaan untuk menghabiskan waktu. Selain untuk main friendster/what?/ aku juga menyempatkan diri membaca kolom khusus di pers kampus. Beberapa kali aku sengaja membaca tulisan dari Bli -tajam, cerdas dan lugas- aku berdecak kagum dan manggut-manggut setelahnya. Aku mulai menikmati buah pikir seorang mahasiswa Fakultas Hukum ‘semester cukup lawas’ tanpa pernah berpikir untuk berjumpa. Kritiknya tajam khas mahasiswa. Pokoknya aku ngerasa ‘gue banget deh’ saat jadi MABA dulu, menggelora dan progresif. *duh berat*

Aku ga tahu rupa penulisnya seperti apa (dan memang ga penting untuk tahu) Sampai suatu ketika aku menemukan edisi mengenai profilnya yang akan maju menjadi Presiden Mahasiswa di kampus. Kali itupun aku acuh tak acuh, masih ga begitu mikir tentang Bli.

Aku masih ingat ketika menyodorkan edisi tersebut pada teman baikku Estalita,

Tha..lihat je orang ini. Masak mau masuk koran kampus nyetornya foto narsis dari atas gini. Putih banget ya kayak cewek. hahaha

Dulu aku belum familiar dengan istilah selfie, tapi orang ini terpampang nyata di koran kampus dengan baju (dan kulit muka) putihnya dengan senyum minta ditimpuk. Ini lebih ke iri karena waktu itu kulit saya seperti pisang sale yang dijemur lalu lupa diangkat selama seminggu. Kusam. Itupun hanya angin lalu bagiku karena aku makin menikmati duniaku menjadi mahasiswa baru, PDKT dengan penelitian ilmiah dan kakak kelas *eh*.

Nah PEMIRA (pemilu raya mahasiswa) pun tiba, dulu memilih dia (ini pilih jadi Presiden BEM ya) alasannya klise:

  1. karena ada gebetan teman sekelas yang jadi teman dia.
  2. karena dia calon lokal (btw orang Bali masuk organisasi kampus dulu rada langka bray!)
  3. karena calon wakil presidennya anak Farmasi, tetangga kami di IKM dan orangnya baik.

Jadi lengkap sudah nyirnyirku padanya. “Duh, pintar nyari Cawapresma sempurna gini. Yakin deh orang milih wakilnya bukan capresnya” begitu sindirku dulu.

~ngyahahaha ~

Singkat kata dia menang. Lalu aku tak begitu mengikuti sepak terjangnya di dunia mahasiswa. Tapi setahuku dia berhasil memecahkan permasalahan pelik dalam organisasi yang sempat terombang-ambing kehilangan pamor dan massa. Aku sempat ikut juga sih dalam beberapa kegiatan di masa pimpinannya, inipun lagi-lagi karena teman sekelasku rada maksa untuk bergabung. Walaupun pada akhirnya aku sempat ingin keluar karena mendapat hadiah ‘ZONK’ berjumpa ‘kawan’ di masa lalu yang ternyata berkaitan juga dengan si Bli.

*aduh pokoknya ruwet dan lebih banyak mudaratnya jadi untuk bagian ini kita skip saja ya*

Tapi ya harus diakui juga bahwa acara ini jugalah yang akhirnya mendekatkan kami untuk bisa bertukar pikiran tentang rencana-rencana lainnya #NyebakGoarGoar

Well, selain mengenal tulisannya, aku pertama kali melihat lelaki kriwil berperut buncit ini secara kasat mata saat ada acara di kampus.

Waktu itu, sekitar tahun 2008, saat aku adalah penggemar berat seorang SBY. ~benerin posisi kaca mata dulu~ Maklum, aku bergaul dengan orang-orang yang kala itu juga mengelu-elukan presiden prihatin kita ini.  Pada seminar nasional tersebut, aku tidak sedikitpun ‘ngeh’ dengan keberadaan orang ini sampai pada akhirnya dia berkata-kata ‘cukup keras’ di podium mengungkapkan kekesalannya karena salah satu narasumber pada acara itu batal hadir et causa mendadak dipanggil rapat oleh presiden. Pokoknya bayangin deh ada mahluk kucel penuh keringat, rambut keriting, ngomong rada nyolot tentang idola kita. Gemesin kan?  *_*

~keplak!

Ya setidaknya begitulah seorang Bli dalam benak pertemuan pertamaku. Untuk pertemuan-pertemuan berikutnya tidak akan aku ceritakan panjang lebar di sini. Takut terapi tawa ku gagal, tidak mau ingkar janji lalu tersesat dan tak tahu arah jalan pulang.

  • Walau tak kekar tapi jago berkelakar

Waktu berjalan, kami terlibat banyak kerja sama dalam organisasi atau wirausaha-usahaan. Saya selalu angkat topi pada alur berpikirnya, sistematis-praktis! Tempaan organisasi dan pengalaman hidup membuatnya selalu siaga dalam setiap situasi. Tapi ya gitu. Dia tipe pemikir saya yang tampil dan eksekusi, kolaborasi kami selalu apik rapi jali. Menjadi rekan kerja yang saling melengkapi. Sampai pada suatu ketika kami berada pada titik jeda untuk mengejar karir di interest masing-masing.

Next,

Gaya bicara?

SENGAK! aku ga punya diksi lain yang tepat untuk menggantikan kata ini. Kalau pertama kali kenal pasti merasa dia kalem dan tidak banyak cingcong. Aih…kalau sudah kenal lama maka kamu akan ketagihan mengobrol dengannya. Hobi membaca membuatnya menjadi orang yang kaya. Guyonan serta gaya bercerita yang khas akan membuat kita lupa sejenak pada waktu dan segala macam masalah.

Kalau sekarang lagi beken stand up comedy ya? kalau Bli yang satu ini bisa stand up, push up, head stand, bahkan kayang pun siap, dia selalu berkelakar di segala posisi. Aku bahkan pernah menikmati saat-saat dia diampun membuatku tersenyum riang. *OKE PLAK! LANJUT*

Aduh apalagi ya? pucink pala barbie kalau harus mikir lagi. Bukan karena susah move on ya.tapi susah mesti ngorbitin apa lagi dari mantan atlet voli ini, pas-pasan gitu sih. (pas bangeeeeet maksudnya) *rolling eyes*

Berbicara masalah prestasi dalam bidang menulis, duile! ngeri sedap pokoknya mulai dari yang level museum sampai presidium sudah pernah diraih.

Mungkin makhluk ini memang layak untuk aku sebut lelaki ‘bersenapan tinta’.

(tolong yakinkan saya itu huruf T ya bukan C).

 

Kepo bagaimana cerdas dan lugas tulisannya? silakan intip saja blognya. Efek samping pasca blogwalking ditanggung sendiri ya. Kalaupun ada perubahan-perubahan yang tak sesuai ceritaku, mungkin ya memang sedang berproses.

Iseng nulis sohib Doi edisi kali ini sambil nunggu keputusan mau mandi atau tidak. Winter datang, salju semalam juga sangat lebat. Leding rumah jadi membeku, jadi aku mau numpang mandi ke tetangga atau mandi di kampus nanti. Atau ga usah mandi saja? Duh mikirin mandi atau engga aja galau gini, gimana mau mikirin rumah tangga…

Di situ saya kadang merasa sedih. *dance dance*

Don’t be afraid of change. Just like seasons people change, memories don’t!

 
Salam Ceri(t)a.

Author:

kurang ajar, nekat, bersahaja

20 thoughts on “~ Tentang Bli Way

  1. Berusaha meraba-raba maknanya, haha :”D Jadi baca dr postingan pertama. Oh ya, salam kenal blog baru :”) titip kakak tersayangku ini yaa untuk lepaskan beberapa cerita lewat kata-kata :”) Aku yakin, cara ini elegan :*

    peluuk {}

    Like

Leave a comment